Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (Dirjen IKM) Kementerian Perindustrian Euis Saedah berharap produk olahan yang dikembangkan masyarakat Kabupaten Bantaeng tak hanya dikemas dengan baik tetapi harus memiliki identitas sendiri.
‘’Saya berharap, produk olahan ini tak hanya sekadar dikemas, tapi harus memiliki branding (identitas) tersendiri,’’ katanya ketika melihat dan mencicipi sejumlah produk olahan yang diproduksi IKM binaan PKK Kabupaten Bantaeng, Rabu (4/6).
Dirjen yang didampingi Ketua Tim Penggerak PKK Hj Lies F Nurdin, Ketua Dharma Wanita Persatuan Hj Aisyah Yasin, Staf Ahli Bupati bidang IKM Dr Nurlela Abdullah dan pengurus teras PKK mengunjungi kawasan rumah produksi.
Menurutnya, produk olahan ini sangat bagus bahkan menjadi bintang dari timur karena pengelolanya cukup memiliki keahlian. Ini penting sebab produk olahan harus sehat karena berpengaruh terhadap kesehatan terutama pada anak.
Karena itulah diperlukan kemasan yang bagus agar gizinya tidak berkurang, aman dikonsumsi, sehat serta memiliki penampilan (kemasan) yang baik.
Untuk mewujudkan hal itu, Dirjen IKM berjanji akan menurunkan tim kecil untuk membantu IKM binaan tersebut. Tim ini nantinya akan mengidentifikasi dan membuat skala prioritas untuk dianggarkan.
Hal ini akan dilakukan secara bertahap dan disesuaikan dengan jenis kebutuhan yang menjadi prioritas karena ini terkait dengan daya jual produk, terutama yang terbuat dari bahan pangan.
‘’Ini menjadi catatan kami untuk segera ditindaklanjuti,’’ tuturnya.
Sebelumnya, Bupati Bantaeng HM Nurdin Abdullah mengeluhkan minimnya kemasan produk olahan IKM di wilayahnya.
‘’Sayang, produknya bagus, namun belum dikemas dengan baik padahal hingga kini sudah banyak orang yang berkunjung ke Bantaeng. Baik yang melakukan study banding maupun menikmati keindahan alam,’’ urainya.
Staf Ahli Bupati bidang IKM Dr Nurlela Abdullah juga mengemukakan banyaknya produk olahan yang berdaya jual. Hanya saja, belum dikemas dengan baik.
Ia memberi contoh produk olahan untuk anak penderita autis yang permintaannya cukup banyak setiap bulan.
‘’Anak-anak autis tidak boleh mengkonsumsi makanan yang menggunakan tepung terigu sehingga dibuatkan baruasa yang menggunakan tepung beras,’’ urainya.
Nurlela optimistis, bila industri makanan olahan di Bantaeng mendapat bantuan, produknya akan mampu bersaing pada pasar bebas ASEAN tahun 2015.
‘’Banyak produk kita yang bisa diakses pasar luar. Kekurangannya hanya pada kemasan, terutama untuk menembus Negara-negara yang menggunakan standar internasional,’’tambahnya.(hms)
— di Rujab Bupati Bantaeng.
0 komentar :
Posting Komentar